IP RAN Architecture in a Nutshell

Untuk saat ini kita memang sudah sampai di era 5G yang mana merupakan generasi kelima dari standard arsitektur telekomunikasi. Meski belum resmi diimplement di Indonesia, namun kita sudah melewati teknologi 1G,2G,3G,4G.

Tulisan ini dibuat untuk sebagai catatan, terkait pekerjaan yang begitu melelahkan beberapa bulan lalu. Sebagai awal berikut adalah topologi sederhana untuk menggambarkan arsitektur 2G,3G,4G.

2G,3G,4G Infrastructure taken from http://www.packetflow.co.uk/

Sebelum pembahasan lebih lanjut sebaiknya perlu memahami 2 term terkait arsitektur dasar mobile wireless infrastrukture.

Travel to Bangalore and Bangkok : Story, Opinion and Advise

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.”

Mark Twain

Kukira akan ada sebuah masa, di mana segala hal yang terjadi sama sekali tidak terduga dan jauh dari apa yang pernah direncanakan. Hidup memang seperti itu, penuh dengan rentetan gelombang kejut yang tak sepenuhnya bisa kita mengerti. Begitu pula dengan saya sendiri kenapa bisa nyasar ke negara ini -_-

Dengan langkah ragu dan bimbang sebelum keberangkatan karena memang banyak hal yang jadi pertimbangan sebelum aku melanjutkan perjalanan (selain karena kurang persiapan) menuju bandara keberangkatan Soekarno Hatta. Akhirnya membulatkan tekad untuk melanjutkan perjalanan. Continue reading

EPNM Automate Raw Data Meassurement to Excel

Following is code to Automate Raw Data Meassurement in Excel. Because by default EPNM doesnt have mechanism to export their own database to other.

EPNM store file database under /opt/CSCO/lumos/da/cdb , those files are EPNM application data files to store the performance data and it cannot be accessed from outside.

So following is script to export hourly data periodically via cron job to a csv file. And configured it in a way to get accessed via ftp.

cdbexport.sh : script to generate raw data files

ade # cat cdbexport.sh
#!/bin/bash

enddate="$(date -d "$(date +"%h %d %H:00:00")" +'%s')"
startdate=$(expr $enddate - 3600)
date -d @$startdate
echo StartTime=$startdate
echo EndTime=$enddate
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM CPU WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/CPU_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM MEMORY WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/Memory_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM CEPMINTERFACE WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/CEPMINTERFACE_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM ICMPJITTER WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/ICMPJITTER_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM ENVTEMP WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/ENVTEMP_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM CEPMQOS WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/CEPMQOS_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM OpticalSFP WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/OpticalSFP_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM DVAVAILABILITY WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/DVAVAILABILITY_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv
/opt/CSCOlumos/da/bin/cdbq 'SELECT * FROM CEPMCRC WHERE TIME >= '$startdate'  AND TIME < '$enddate'' >> /localdisk/ftp/cdbexport/CEPMCRC_"$(date +%Y-%m-%d-%H_00)".csv

ade #

Above script will generate raw data to excel in each hours. And for capacity issue we will need to remove old unused file that already created in periodic time.

cdbexport_clean.sh : script to remove old files

ade # cat cdbexport_clean.sh
find /localdisk/ftp/cdbexport  -type f -mtime +15 -exec rm -rf  {} \;
ade #

And we will need to put this script to startup configuration contrab.

15 * * * * /root/cdbexport.sh >> cdbexport.log 2>&1
30 6 * * * /root/cdbexport_clean.sh >/dev/null  2>&1

SDH Multiplex Structure – SAToP and CESoPSN Cisco ASR900 Deployment

Overview

Synchronous Digital Hierarchy (SDH) is a CCITT standard for a hierarchy of optical transmission rates. Synchronous Optical Network (SONET) is an ANSI (American National Standards Institute) standard for North America, that is largely equivalent to SDH.

Both are widely spread technologies for very high speed transmission of voice and data signals across the numerous world-wide fiber-optic networks.
SDH and SONET are point-to-point synchronous networks that use TDM multiplexing across a ring or mesh physical topology.

The main difference between both standards are the some header/pointer informations and the transmission rates.
The base transport module of SDH is the synchronous transport module with a transmission rate of 155,52mbps (STM-1), SONET uses OC-1 (~51mbs) as base module.

SDH/SONET Transmission Rates

Continue reading

Catatan Perjalanan Ekspedisi Lombok (Rinjani, Desa Sade & Kuta) 

Setelah mendaki gunung papandayan pada bulan may 2016 tahun lalu. Kali ini saya berkesempatan untuk menjajal gunung yg konon merupakan salah satu 7 gunung tertinggi di Indonesia. 

Klise cerita dari awal perjalanan ini bermula ketika saya dan faqih (red: temen kantor) bingung akan rencana libur panjang yg akan jatuh pada bulan April 2017. Kebetulan 14 April 2017 merupakan hari libur nasional, yaaa tinggal ditambah beberapa cuti cukup utk dijadikan agenda jalan2. 

Ide awal libur panjang ini sebenernya mau backpacker keliling asia tenggara, cuman ternyata mendekati bulan H duit tak kunjung kumpul berakhirlah dengan rencana untuk naik gunung (maklum masih karyawan rendahan). Cuman, bedanya untuk gunung yg dipilih kali ini pengen bener2 yg spesial karna selain untuk liburan jg karna memang tanggal yg bener2 pas lagi sepi kerjaan dan tanggal merah gabung dengan hari sabtu minggu ya cuman di april ini (libur panjang), terfikirlah Gunung Rinjani sebagai prioritas utama untuk menghabiskan waktu liburan kita kali ini. Dan kebetulan pula ada opentrip yg membuka event perjalanan utk ke rinjani pada bulan april ini dengan tanggal yg sama. 

Gayung bersambut, 3 hari cutipun di approve pimpinan akhirlah kita bisa melancarkan aksi di Gunung yg berada di pulau Lombok ini. Total hari yg kita alami di pulau ini 5 hari termasuk mulai dari naik gunung dan jalan2. Saya dan Faqih kemudian mengajak Mas Lukman Embun dari divisi maintenance kantor dan Mba Ralesi temen dr kantor lain (yg sebenernya kompetitor kantor hahaha) utk gabung naik gunung bersama. 

Kegiatan akan dijadwalkan pada tanggal 12 – 16 April 2017, dengan Saya, Faqih dan Mas Mbun berangkat lewat udara sore hari sebelumnya. Di susul kemudian Mba Ralesi esok harinya. Beberapa personil lain ada jg yg sudah datang duluan.

Tim kami berjumlah 22 orang utk ekspedisi kali ini (termasuk leader dan co leader) dan menyewa porter 3 orang untuk membawa konsumsi dan tenda kami selama naik gunung nanti. Tim kami memiliki background masing2 berbeda untuk perjalanan naik gunung ini, ada yg sudah veteran naik gunung ada pula yg baru pertama kali naik gunung. Dan kebetulan jg ternyata ada Tim Developer dr Gojek Apps yg gabung perjalanan ini *very nice person and humble, saya dapat banyak cerita positif dr mereka selain tips naik gunung dan jg cara kerja di perusahaan startup. 

Selasa, 11 April 2017

Saya berangkat dari kosan di palmerah bersama faqih pada pukul 4 sore menuju bandara meski schedule flight masih jauh jam 8 malam cuman dikarenakan macetnya jakarta kami harus datang lebih awal. 

Selama perjalanan ternyata arus lalu lintas sangat lancar tanpa ada kendala sama sekali yg akhirnya kami tiba di bandara selang satu jam yaitu jam 5 sore. Setibanya di bandara kami mampir sebentar di salah satu coffe shop karena kebetulan situs tempat kami beli tiket pesawat menawarkan bonus kopi gratis dan makanan ringan sewaktu di bandara, juga sementara untuk menunggu Mas Mbun yg lagi perjalanan ke bandara. 

Perjalanan dari Jakarta ke Lombok memakan waktu selama 2 jam di udara lebih banyak saya habiskan waktu dengan mendengarkan musik ‘CHVRCHES’ selain dikarenakan vokalisnya cantik juga banyak liriknya yg cocok untuk mahasiswa+pekerja gundah gulana seperti saya ini. 

Setibanya di bandara Lombok pada pukul 10 malam, kami bertemu dengan personil tim yg lain yg akan ikut naik gunung rinjani nanti termasuk yg dari tim gojek diantaranya kemudian di lanjut menuju basecampnya temenya mas Zaki selaku owner dari Palaten Indonesia, Tour Guide yg kami ikuti untuk perjalanan di Lombok ini nanti untuk istirahat persiapan mulai pendakian gunung esok hari. 

Rabu, 12 April 2017

Lombok di pagi hari kami bersiap2 menuju bandara menjemput beberapa anggota tim yg baru tiba, selanjutnya menuju ke desa sembalun di kaki gunung rinjani start awal kami mendaki gunung.

Sampai di desa sembalun pada pukul 10 pagi kami disapa oleh 3 orang porter yg nantinya bertugas sebagai pembawa tenda dan yg akan mengurus logistik selama perjalanan ini nanti. Dan ternyata sudah disiapkan makanan oleh pihak sekre, kami lalu makan, recheck packing dan sekalian sholat. Mas Zaki kemudian memberikan arahan terkait ittenary selama pendakian gunung ini nanti. 

Setelah semuanya fix, pada sekitar pukul 13.00 kamipun berdoa bersama dan memakai peralatan masing2, mulai berjalan memasuki rimba.

Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam dari start awal menuju pos 2. Kamipun membuat tenda dan bermalam disana.

Kamis, 13 April 2017

Rinjani pagi hari, dingin menyayat tubuh bersama dengan matahari dengan imutnya perlahan-lahan menaiki dinding langit2 hitam menggantikanya dengan langit biru kala itu. Pemandangan yg jarang kami temukan di kota metropolitan jakarta.

Setelah sarapan dan bersiap-siap kami lalu bergegas untuk melanjutkan perjalanan pada pukul 8 pagi. Perjalanan hari ini adalah menuju Plawangan-Sembalun, perjalanan sangat berat karena harus melewat perbukitan menanjak yg disebut sebagai bukit penyesalan. Beberapa kali saya terhenti karena memang belum terbiasa dengan track yg SANGAT menanjak seperti ini mengakibatkan beberapa kali saya terpisah dengan rombongan saya. Salah satu senior saya menyebutnya sebagai bukit PHP (Pemberi Harapan Palsu), karena jalur ini terus menanjak, dan ketika kita melihat puncak diatas kita akan timbul keraguan untuk bisa sampai kesana karena sangat tinggi, lalu setelah bersusah payah tiba dipuncaknya, terlihatlah puncak bukit berikutnya yang menunggu untuk didaki, begitu seterusnya sampai 7 bukit (ada yang bilang jumlahnya 9 bukit) sehingga mungkin biasanya para pendaki mulai muncul rasa penyesalan mendaki Rinjani yang akhirnya dinamakan 7 Bukit Penyesalan.  

Sore hari pada pukul 3.00 saya sendirian orang terakhir dari tim kami yang sampai di tenda tempat berkumpul di Plawangan-Sembalun. Rinjani sore hari menawarkan pemandangan yg indah, langit biru dengan awan putih terlihat menari2 ditambah pemandangan danau segara anak memanjakan mata kami. 

Matahari mulai turun perlahan merubah langit biru perlahan-lahan menjadi orange, pertama kali melihat pemandangan sunset terlihat begitu indah diatas gunung ini. Kami kemudian makan dan istirahat sebentar untuk summit attack pada dini hari nanti.

Jumat, 14 April 2017

Dini hari jam 1.00 kami berangkat untuk summit attack istilah keren para pendaki gunung yg akan menuju puncak. Dengan hawa dingin di sekujur tubuh kami di breafing mas Zaki mengenai tantangan terakhir kami menuju puncak Rinjani ini dan berdoa supaya bisa mencapai tujuan dan kembali pulang dengan selamat.

Bang bocil selaku lead perjalanan bergegas memulai summit attack, perjalanan yg cukup melelahkan di guyur keringat dingin di sekujur tubuh. Dini hari itu kami dan tim pendaki lain seakan berlomba2 menuju puncak, melihat kebawah terlihat titik2 kecil yg menandakan bukan kami sendiri yg berjuang menuju puncak. Medan perjalanan dipenuhi dengan jalanan berkelok, terjal dan berpasir. 

Sekuat tenaga saya, saya tertinggal dari anggota tim saya. Tertinggal di belakang yg pada akhirnya matahari tampak mulai bersinar yg menandakan saya telah gagal dalam meraih sunrise diatas puncak rinjani ini. Karena memang tubuh yg kurang fit saya paksakan untuk tetap naik. Saya diam, tertegun sejenak sunrise di atas rinjani meski bukan di puncak merupakan suatu pemandangan yg luarbiasa.

Tiba akhirlah kepada tanjakan terakhir, saya kurang ingat namanya apa cuman saya menyebutnya sebagai tanjakan kematian. Karena dengan lebar jalan yg kurang lebih berukuran 5 meter dengan samping kiri kanan jurang, loncat kiri ke danau, loncat kanan ke kawah dengan sudut jalur vertikal hampir 70 derajat ditambah pula dengan track yg isinya batu dan pasir menambah berat pendakian.

Saya tiba terakhir di tanjakan terakhir ini, ketika semua sudah mulai turun saya baru sampai. Jam 9 pagi itu terik matahari sudah mulai panas. Saya mulai say hi ke temen satu tim yg mulai turun satu per satu. Kemudian bertemu Faqih, memaksa saya supaya segera turun untuk jangan dipaksakan summit karena mengingat kondisi badan saya. Namun saya menolak, karena kurang tanjakan terakhir ini untuk summit meski kelihatan jalurnya pendek cuman waktu yg ditempuh membutuhkan waktu lama karena track yg begitu vertikal dan berpasir.

Saya memaksakan diri untuk summit kala itu, hingga bertemulah dengan mas Zaki sebagai sweeper (sebutan tim leader yg posisi paling akhir) meminta saya untuk mempertimbangkan untuk turun. Namun saya bersikukuh untuk tetap lanjut hingga akhirnya mas zaki mengijinkan saya untuk melanjutkan summit, namun tetap berpesan untuk memperhatikan kondisi supaya tetap bisa turun sampai bawah.

Matahari telah meluruh sempurna ketika saya sampai di tengah tanjakan ini. Saya tiba-tiba terjatuh, terasa lemah sendirian di tengah2 tanjakan ini. Gravitasi seakan menukik tajam dan menarik segenap organ dalam rongga dada saya ke bebatuan berpasir kuning ini. Tubuh saya babak belur terhantam angin yang datang bagai peluru, panas matahari yang mengiris tiap jengkal kulit dan menyisakan nyeri yang menggantung. Teriakan saya terbenam oleh sesak tenggorokan yg seakan menertawai pemiliknya. Dua puluh menit yang panjang dan tetes-tetes keringat yang berdesis sebelum menguap hilang kala ia menyentuh pasir yang saya pijak sekarang ini.

Tiba-tiba teringat dengan pesan Faqih dan Mas Zaki, puncak itu hanyalah bonus dan pulang dengan selamat adalah tujuan. 30 meter sebelum sampai puncak saya mengakhiri pendakian, ya mungkin memang bukan waktu saya kali ini, saya belum siap betul dari segi fisik akan tetapi saya sudah berusaha terbaik dari saya sendiri.

Dan benar, saya tidak bisa turun! Tubuh saya terasa kaku tidak bisa berdiri di tengah2 jalur ini. Saya diam sekitar satu jam di tengah2 terik panas matahari sambil mengumpulkan tenaga. Saya berdiri, seraya menancapkan dalam hati saya harus bisa pulang! Ini bukan perjalanan terakhir saya…..

Perlahan-lahan saya bisa menuruni tanjakan berpasir ini. Setibanya di ujung pasir bawah tanjakan ini, saya bertemu keluarga cina yg baik hati mau menemani saya untuk turun menuju pos tenda terakhir saya karena mereka tahu saya sendirian tertinggal dari tim saya. Kami kemudian beristirat sejenak, mereka menawarkan saya makanan kecil dan minuman untuk sekedar menjeda kelaparan dan haus, beruntunglah saya karena di ransel saya hanya terdapat sebotol air minum yg hampir habis. 

…………………… To be continue ……..